TURUNAN ETILENDIAMIN, KOLAMIN, PROPILAMIN DAN FENOTIAZIN

Histamin adalah bahan kimia yang ditemukan di beberapa sel-sel tubuh – menyebabkan banyak gejala alergi, seperti pilek atau bersin. Obat-obatan yang dikenal sebagai antihistamin dapat memblokir atau membatasi pelepasan histamin untuk mengurangi intensitas reaksi kekebalan.  Ketika seseorang alergi terhadap zat tertentu, seperti makanan atau debu, sistem kekebalan tubuh secara keliru percaya bahwa zat biasanya tidak berbahaya ini sebenarnya berbahaya bagi tubuh

MEKANISME KERJA HISTAMIN
•      Menimbulkan efek ketika berinteraksi dengan reseptor histaminergik, yaitu reseptor H1, H2, dan H3.
•      Histamin berinteraksi dengan H1 menyebabkan sembab, pruritik, dermatis, dan urtikaria.
•      Histamin berinteraksi dengan H2 menyebabkan peningkatan sekresi asam lambung yang menyebabkan tukak lambung.
•      Reseptor H3 yang terletak pada ujung syaraf jaringan otak dan jaringan perifer mengontrol sintesis dan pelepasan histamin, mediator alergi, dan peradang

ANTIHISTAMIN
•      Obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan histamin dalam tubuh melalui mekanisme penghambatan bersaing pada sisi reseptor H1, H2, dan H3.
•      Berdasarkan hambatan pada reseptor khas, antihistamin dibagi menjadi tiga kelompok yaitu; antagonis H1, antagonis H2, dan antagonis H3.
•      Antagonis H1 dievaluasi berdasarkan  kemampuannya menghambat kejang karena induksi histamin pada secarik ileum marmot terpisah.
•      Antagonis H1 bermanfaat untuk mengurangi gejala alergi karena musim atau cuaca.
•      Selain itu antagonis H-1 juga digunakan sebagai antiemetik, antimabuk, anti parkinson, antibatuk, sedatif, antipsikotik, dan anestesi setempat.
•      Efek samping antagonis H-1 antara lain mengantuk, kelemahan otot, gangguan koordinasi pada waktu tidur, gelisah, tremor, iritasi, kejang dan sakit kepala.

1. turunan ETILENDIAMIN
N (X)                   : atom penghubung
Rantai 2 atom C  : penghubung gugus diaril inti dengan gugus amino tersier.

•      Etilendiamin mempunyai efek samping penekanan CNS dan gastro intestinal. 
•      Antihistamin tipe piperazin, imidazolin dan fenotiazin mengandung bagian etilendiamin.
•      Pada kebanyakan molekul obat adanya  nitrogen kelihatannya merupakan kondisi yang diperlukan untuk pembentukan garam yang stabil dengan asam mineral.
•      Gugus amino alifatik dalam etilen diamin cukup basis untuk pembentukan garam, akan tetapi atom N yang diikat pada cincin aromatik sangat kurang basis.
•      Elektron bebas pada nitrogen aril di delokalisasi oleh cincin aromatik.

 Contoh Etilendiamin :
•      Tripelenamin HCl (Azaron, Tripel);
•      Antazolin HCl (Antistine);
•      Mebhidrolin nafadisilat (Incidal, Histapan), dan
•      Bamipin HCl (Soventol).

2. turunan kolamin- memiliki gugus -o- pada struktur umum- pemasukan gugus Cl, Br, dan OCH3 pada posisi para cincin aromatik akan meningkatkan aktivitas dan menurunkan efek samping


3. TURUNAN  PROPILAMIN
Obat golongan ini memiliki daya antihistamin yang kuat. Antihistamin golongan ini antara lain feniramin, khlorpheniramin, brompheniramin, dan tripolidin.

4. turunan fenotiazin
Fenotiazin merupakan golongan obat antipsikotik. Fenotiazin dibagi ke dalam tiga kelompok: alifatik, piperazin, dan piperadin, yang perbedaan utamanya terutama pada efek sampingnya. Fenotiazin alifatik menghasilkan efek sedatif yang kuat, menurunkan tekanan darah, dan mungkin menimbulkan gejala-gejala ekstrapiramidal (EPS = Extrapyramidal Symptoms). Fenotiazin piperazin menghasilkan efek sedatif yang sedang, efek antiemetik yang kuat, dan beberapa menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini juga menyebabkan timbulnya lebih banyak gejala-gejala ekstrapiramidal dari pada fenotiazin yang lain. Fenotiazin piperadin mempunyai efek sedatif yang kuat, menimbulkan sedikit gejala-gejala ekstrapiramidal, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidak mempunyai efek antiemetik.
Proklorperazin merupakan obat yang termasuk ke dalam kelompok piperazin. Proklorperazin sendiri digunakan sebagai obat mual dan muntah serta obat psikotik. Mekanisme kerja dari proklorperazin sebagai antimual dan muntah adalah memblock reseptor dopamine di otak; efek antidopaminergik dan memblock saraf vagus pada saluran pencernaan. Sedangkan mekanisme kerja proklorperazin sebagai obat antipsikotik adalah memblock reseptor dopamin mesolimbik dan memblock reseptor alfa-adrenergik (D1 dan D2) di otak. Bioavailabilitas dari proklorperazin adalah 12,5%. Melalui blockade pada reseptor dopamin di otak memungkinkan sekresi neurotransmitter dopamin dapat ditekan sehingga akan mengurangi mual dan muntah serta efek psikotik.


pertanyaan
1. dari keempat turunan tersebut jelaskan keunikan farmakodinamiknya masing-masing
2.jelaskan hubungan aktivitas struktur dengan antagonis h1
3.apakah obat antihistamin aman di konsumsi ibu hamil dan penggunaan jangka panjang
4.obat apa saja yang bekerja pada reseptor h1, h2, h3, h4
5. berapa dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin ?

Komentar

  1. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Struktur umum antihistamin terdiri dari :
    -Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1
    -atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion.
    -rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A.
    Hanya bisa saya deskripsikan tanpa saya beri contoh gambar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi dpt dikatakan rantai alkil yg mmiliki efek antihistamin pling kuat ya hil

      Hapus
  2. Menurut saya dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin tergangung usia pasien, misalnya dosis DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari, dan proklorperazin juga tidak boleh diberikan pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dengan jawaban Hesty penggunaan untuk lansia dan anak2 sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu

      Hapus
    2. saya akan menambahkan ka risma ,jadi selain dokter kita juga bisa berkonsultasi dengan apoteker dan pengunaan sesuai anjuran dokter maka akan aman aman saja.semoga bermanfaat

      Hapus
  3. assalamualaikum ana ,saya akan menjawab pertanyaan no 3. Menurut artikel yang saya baca, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.
    Dan menurut saya solusi nya yaitu sebisa mungkin hindari obat yang diminum. Jika kita mengalami alergi akibat sesuatu yang bersentuhan dengan kulit, sebaiknya berusaha mengobatinya dengan obat-obat yang digunakan secara lokal (topikal) alias dioleskan atau ditaburkan di kulit. Misalnya, sebelum memutuskan minum CTM atau difenhidramin, lebih baik mencoba bedak obat kulit lebih.Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. yaps saya cukup setuju dengan tami , hal ini terkait metabolisme obat daalam tubuh dan terdistribusi lewat darah nantinya akan sampai ke bayi lewat plasenta , efek sampinng oat dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan janin
      tvx

      Hapus
    2. Saya akan coba menambahkan. Benar yang dikatakan oleh soya. Selain itu penggunaan obat pd ibu hamil beresiko menyebabkan bayi lahir prematur saat dilahirkan , dan kemungkinan cacat saat dilahirkan

      Hapus
  4. Menurut artikel yang saya baca mengenai antihistamin turunan propilamin, contoh obatnya adalah sebagai berikut:

    Klorpheniramin ( chlorpheniramini)
    Efek : antihistamin (efek lebih kuat dari feniramin ), sedativ ringan
    Penggunaan : pengobatan alergi seperti rhinitis alergia, urtikaria , asma bronchial, dermatitis atopik, eksim alergi, gatal- gatal dikulit, udema angioneurotik.
    Efek samping : mengantuk

    Feniramin ( pheniramin)
    Efek : antihistamin kuat , meredakan batuk.
    Penggunaan : obat batuk, antialergi
    Efek samping :mengantuk

    BalasHapus
  5. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4.
    obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H3 adalah Betahistin, Burimamide , Ciproxifan, Clobenpropit (juga H antagonis), Conessine.
    mohon maaf untuk obat yang bekerja pada reseptor H4 tidak ditemukan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya mau menambahkan jawaban dari tika. Obat pada reseptor H4 masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)
      Contoh obat : thioperamide

      Hapus
    2. saya ingin menambahkan jawaban dari kak tika yaitu contoh obat dari
      Reseptor H1 : bromfeniram, prometazin, dimenhidrinat (bisa untuk obat mabuk juga) dan fexofenadin, loratadin, astemizol, cetirizin
      sedangkan resptor H3 : Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan

      Hapus
    3. saya ingin menambahkan jawaban dari Tika. contoh obat yang bekerja pada reseptor H2: Famotidin, Nizatidin, Roxatidin, dan Lafutidin.

      Hapus
  6. Saya akan mencoba membantu menjawab pertanyaan no.1
    Salah satu contoh obat golongan fenotiazin dari rantai samping propilamin adalah klorpromazin dan proklorperazin. klorpromazin terutama diresepkan bagi ganggun psikotik dan proklorperazin untuk mual dan muntah. Proklorperazin mempunyai efek antikolinergik dan tidak boleh diberikan kepada klien dengan glaukoma, terutama glaukoma sudut sempit. Karena hipotensi merupakan efek samping dari fenotiazin, maka setiap obat antihipertensi yang diberikan pada waktu yang bersamaan dapat menimbulkan efek hipotensi aditif. Narkotik dan sedatif-hipnotik yang diberikan bersamaan dengan fenotiazin dapat menyebabkan depresi SSP aditif. Antasid mengurangi laju absorbsi dari kedua obat ini. Mulai kerja pemberian oral, intramuskular, intravena dari klorpromazin dan proklorperazin adalah sama. Preparat sustein release memperpanjang lama kerja dari kedua obat ini. Obat-obat ini hanya boleh diberikan per rektal jika metode pemberian oral tidak dapat ditoleransi. Sering kali absorbsi pada pemberian per rektal tidak menentu. Untuk pemberian intramuskular, obat-obat ini harus diberikan dengan dalam pada otot dorsogluteal.

    Daftar Pustaka
    Kee, J. L. dan E. R. Hayes. 1996. Farmakologi : Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
    Neal, M.J. 2011. At A Glance : Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.

    BalasHapus
  7. untuk jawaban nomor 3. Menurut saya penggunaan antihistamin ini sangat tidak baik untuk jangka panjang, karena akan menyebabkan banyak efek samping. Namun pada sebuah penelitian Krause dan Shuter 1985 mendapat hasil astemizol lebih baik pada penggunaan jangka panjang terhadap urtikaria kronik dibandingkan dengan chlorfeniramin dan Menurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin. Dan bagi anak dibawah 5 tahun ada beberapa obat yang aman digunakan tergantung penggunaannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya sependapat dengan pendapat maulid , karena menurut artikel yang saya baca penggunaan antihistamin berkepanjangan akan membahayakan janin pada kandungan sehingga tidak aman dikonsumsi oleh ibu hamil

      Hapus
    2. Saya setuju dengan teman2 yg menjelaskan tentang penggunaan obat antihistamin bagi ibu hamil, sebisa mungkin hindari penggunaan obat2 oleh ibu hamil karena dapat mempengaruhi perkembangan janin, sebaiknya gunakan obat2 yg aman seperti obat2 yg dijelaskan tami di atas :)

      Hapus
  8. Saya akan mencoba mnjawab prtnyaan no 3 yaitu menurut pendapat saya untk penggunaan antihistamin pada wanita hamil sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter, dan penggunaan jangka pnjang tidak baik krn setiap obat memiliki efek samping.

    BalasHapus
  9. Saya akan mencoba mnjawab prtnyaan no 3 yaitu menurut pendapat saya untk penggunaan antihistamin pada wanita hamil sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu ke dokter, dan penggunaan jangka pnjang tidak baik krn setiap obat memiliki efek samping.

    BalasHapus
  10. menurut mims indonesia dosis proklorperazin yang diberikan berbeda berdasarkan usia,penyakit yang diderita serta bentuk sediaan

    Adult : PO Prevention of nausea and vomiting As maleate or mesilate: 5-10 mg 2-3 times/day. Nausea and vomiting As maleate or mesilate: 20 mg, may repeat if needed. Psychoses As maleate or mesilate: 12.5 mg twice daily for 7 days, adjust gradually according to response. Maintenance: 25-50 mg/day. Adjunctive management of severe anxiety disorders As maleate or mesilate: 5-10 mg up to 3-4 times/day. Vertigo As maleate or mesilate: 15-30 mg/day in divided doses. May reduce gradually to 5-10 mg/day. IM Nausea and vomiting As mesilate: 12.5 mg, may repeat via PO if needed. Psychoses As mesilate: 12.5-25 mg 2-3 times/day. Rectal Nausea and vomiting As 25 mg supp: 1 supp twice daily. Psychoses As maleate: 25 mg 2-3 times/day

    Intramuscular
    Nausea and vomiting
    Adult: As mesilate: 12.5 mg by deep IM. If required, may give further doses via oral admin.

    Intramuscular
    Psychoses
    Adult: As mesilate: 12.5-25 mg by deep IM Inj bid/tid.

    Intravenous
    Severe nausea and vomiting
    Adult: As edisilate: 2.5-10 mg via slow IV inj or infusion at a rate not exceeding 5 mg/minute. Not to exceed 40 mg daily.

    Oral
    Prophylaxis of nausea and vomitting
    Adult: As maleate or mesilate: 5-10 mg bid/tid. May also be given rectally.

    Oral
    Vertigo
    Adult: As maleate or mesilate: 15-30 mg daily, given in divided doses. May reduce gradually to 5-10 mg daily. Recommended buccal dose: 3-6 mg bid.

    Oral
    Adjunct in severe anxiety disorders
    Adult: As maleate or mesilate: 5-10 mg, up to 3-4 times daily.

    Oral
    Nausea and vomiting
    Adult: As maleate or mesilate: 20 mg, further doses are given if needed. Recommended buccal dose: As maleate: 3-6 mg bid.

    Oral
    Psychoses
    Adult: As maleate or mesilate: 12.5 mg bid for 7 days, adjusted gradually to 75-100 mg daily according to response. Usual maintenance dose: 25-50 mg daily.
    Child: 1-5 yr: 1.25-2.5 mg; 5-12 yr: 2.5-5 mg. May be given up to tid, if necessary.

    Rectal
    Nausea and vomiting
    Adult: As base: 25 mg bid.

    Rectal
    Psychoses
    Adult: As maleate: 25 mg bid/tid

    BalasHapus
  11. menambahi untuk yg nomor 3
    Menurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin.
    namun sekalipun obat-obat ini dikategorikan aman, ibu hamil sebaiknya tetap berkonsultasi kepada dokter sebelum meminumnya. Sebab, aman bagi kebanyakan orang belum tentu aman buat seseorang.

    BalasHapus
  12. untuk jawaban nomor 5
    Dosis Dewasa biasa untuk Psikosis:

    IM: Dosis awal 25 sampai 50 mg. Dosis dapat diulang dalam satu jam. Dosis selanjutnya dapat ditingkatkan dan diberikan setiap 2 sampai 4 jam sesuai kebutuhan.

    Oral: Dosis awal: 10 sampai 25 mg secara oral 3 kali sehari. Total dosis harian harus ditingkatkan di 20 sampai 50 mg setiap kenaikan 3 atau 4 hari sampai gejala dikendalikan.

    Dosis pemeliharaan biasa: 200 mg / hari secara oral

    BalasHapus
  13. saya akan menjawab pertanyaan n0 5
    dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin
    Dosis Dewasa untuk Mual/Muntah
    Mual dan muntah yang parah:
    Tablet: 5 sampai 10 mg 3 sampai 4 kali sehari.

    Kapsul: 15 mg pada setiap kambuh atau 10 mg kapsul setiap 12 jam. Dosis oral harian di atas 40 mg harus digunakan hanya dalam kasus-kasus resisten.

    Dubur: 25 mg dua kali sehari.

    IM: 5 sampai 10 mg. Jika perlu, ulangi setiap 3 sampai 4 jam. Total dosis IM tidak boleh melebihi 40 mg/hari.

    Infus: 2 1/2 sampai 10 mg dengan injeksi infuse yang lambat atau infus dengan kecepatan tidak melebihi 5 mg/menit.

    Dosis tunggal obat tidak boleh melebihi 10 mg. Total dosis infus tidak boleh melebihi 40 mg/hari.

    Operasi dewasa (untuk mual dan muntah parah):
    IM: 5 sampai 10 mg injeksi 1 sampai 2 jam sebelum induksi anestesi (ulangi sekali dalam 30 menit, jika perlu), atau untuk mengontrol gejala akut selama dan setelah operasi (ulangi sekali jika perlu).

    Infus: 5 sampai 10 mg sebagai injeksi infus lambat atau infus 15 sampai 30 menit sebelum induksi anestesi, atau untuk mengontrol gejala akut selama atau setelah operasi. Ulangi sekali lagi jika perlu. Dosis tunggal obat tidak boleh melebihi 10 mg. Tingkat penggunaan tidak melebihi 5 mg/menit.



    Dosis Dewasa untuk Kegelisahan
    Kegelisahan non-psikotik:
    Tablet: 5 mg 3 sampai 4 kali sehari.

    Kapsul: 15 mg pada setiap kambuh atau 10 mg setiap 12 jam.

    Jangan menggunakan dengan dosis lebih dari 20 mg/hari atau lebih lama dari 12 minggu.



    Dosis Dewasa untuk Psikosis
    Gangguan psikotik ringan:
    5 sampai 10 mg secara oral 3 sampai 4 kali sehari.

    BalasHapus
  14. saya akan menjawab pertanyaan no 5, dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin tergangung usia pasien, misalnya dosis DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari.

    BalasHapus
  15. 3. 1. Antagonis Reseptor Histamin H1
    Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

    2. Antagonis Reseptor Histamin H2
    Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.

    3. Antagonis Reseptor Histamin H3
    Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.

    4. Antagonis Reseptor Histamin H4
    Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.

    BalasHapus
  16. No. 5 Proklorperazin (kategori FDA : C), dosis 5-10 mg setiap 6 jam

    BalasHapus
  17. saya kan menambahkan setau saya obat yang bekerja di h1 bisa obat cetirizin

    BalasHapus
  18. hai kak ana, saya akan membantu menjaab pertanyaan no 5. Menurut pusat informasi obat BPOM dosis yang dianjurkan untuk proklorperazin yaitu: orang dewasa 3 mg, 3 kali sehari. Anak usia 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari.

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar apa yang di paparkan hilda dari sumber yang saya dapat
      Dosis:
      DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.
      sumber : http://pionas.pom.go.id/monografi/proklorperazin-0

      Hapus
    2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  19. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4
    obat yang bekerja pada reseptor h1 : fexofenadin, loratadin, astemizol, cetirizin
    h2 :cimetidine, ranitidine, famotidine, h3 : Imetit, Immepip, clobenpropit, lodoproxyfan
    h4 : Thioperamide

    BalasHapus
  20. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4.
    obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H3 adalah Betahistin, Burimamide , Ciproxifan, Clobenpropit (juga H antagonis), Conessine.
    untuk obat yang bekerja pada reseptor H4 .Obat pada reseptor H4 masih merupakan target baru obat anti inflamasi alergi karena dengan penghambatan reseptor H4 maka dapat mengobati alergi dan asma (sama dengan reseptor H1)
    Contoh obat : thioperamide

    BalasHapus
  21. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Struktur umum antihistamin terdiri dari : Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1, atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion., rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A. Jadi dpt dikatakan rantai alkil yg mmiliki efek antihistamin pling kuat

    BalasHapus
  22. No 2
    Struktur umum antihistamin terdiri dari :
    -Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1
    -atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion.
    -rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A.

    BalasHapus
  23. 5. DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  24. 5. DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari. Hindari pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  25. Saya akan mencoba menjawab pertanyaan nomor 2. Struktur umum antihistamin terdiri dari :
    -Gugus aril yang bersifat lipofil kemungkinan membentuk ikatan hidrofob dengan ikatan reseptor H1
    -atom N pada ujung adalah amin tersier yang pada pH fisiologis bermuatan positif sehingga dapat mengikat reseptor H1 melalui ikatan ion.
    -rantai alkil antara atom X dan N mempunyai aktifitas antihistamin optimal bila jumlah atom C = 2 dan jarak antara pusat cincin aromatic dan N alifatik = 5 -6 A. Terimakasih

    BalasHapus
  26. No 5.
    Menurut saya dosis yang dianjurkan untuk penggunaan proklorperazin tergangung usia pasien, misalnya dosis DEWASA: 3 mg, 3 kali sehari. ANAK 6-12 tahun: 1,5-3 mg, 2-3 kali sehari; 2-5 tahun: 1,5 mg, 2 kali sehari, dan proklorperazin juga tidak boleh diberikan pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg.

    BalasHapus
  27. Hy ana saya akan menambah jwbn nmr 4 obat yang bekerja pada reseptor H1 adalah dipenhidramin HCl, CTM,fenazolin, antistin biasanya obat untuk mengurangi alergi.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H2 adalah ranitidin, simetidin, biasanya obat antiulser.
    obat yang bekerja pada reseptor antagonis H3 adalah Betahistin, Burimamide , Ciproxifan, Clobenpropit (juga H antagonis), Conessine.
    mohon maaf untuk obat yang bekerja pada reseptor H4 tidak ditemukan.

    BalasHapus
  28. Saya ada sedikit gambaran dari artikel yang saya baca, Menurut Mayo Clinic, antihistamin pilihan pertama buat ibu hamil adalah loratadin. Namun, menurut FDA, antihistamin pilihan pertama adalah klorfeniramin (CTM) dan difenhidramin. Sekalipun dikelompokkan aman, obat-obat ini hanya boleh dikonsumsi dalam jangka pendek. Tidak boleh sampai berhari-hari. Bagaimanapun, bayi adalah makhluk hidup yang bisa merasakan efek samping kantuk dari CTM atau difenhidramin. Namun, sekali lagi saya tekankan, sebisa mungkin hindari obat yang diminum. Jika kita mengalami alergi akibat sesuatu yang bersentuhan dengan kulit, sebaiknya kita berusaha mengobatinya dengan obat-obat yang digunakan secara lokal (topikal) alias dioleskan atau ditaburkan di kulit. Misalnya, sebelum memutuskan minum CTM atau difenhidramin, lebih baik mencoba bedak obat kulit lebih.

    BalasHapus
  29. Tithi Blue Dragon - How to get Titanium White octane
    Tithi Blue Dragon is a new way for playing the titanium ore classic board game. It is babyliss pro titanium straightener also available in several varieties babyliss nano titanium at a discounted price. It comes mens titanium earrings with an ray ban titanium easy

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer